Judul: Jodoh untuk Mira
Penulis: Alnira
Penerbit: Penerbit Ikon
Cetakan I: September 2017
ISBN: 978-602-61440-3-4
Penyunting: Suci Amanda
Penata Letak: Nurhasanah Ridwan
Desain Cover: Chandra Kartika
Proofreader: Mutiara Octaviani
Harga: Rp79.000 berhubung aku belinya pas Harbolnas 2017, jadi dapat disc 50% Rp39.500
Jumlah Halaman: 269
Sinopsis
Almira---gadis yang bercita-cita menjadi dokter, lalu banting setir menjadi guru bimbingan konseling---pernah merasakan cinta monyet pada usia empat belas tahun. Namun kala itu, Mira harus patah hati karena pujaannya hanya menganggapnya adik. Kesedihan Mira bertambah saat Akradani Lawardi, cinta pertamanya, menghilang tanpa jejak sehari setelah ulang tahunnya yang ketujuh belas. Tujuh tahun sesudah itu, Mira berusaha untuk melupakan perasaannya pada Akradani. Namun, di saat tekadnya sudah bulat, Akradani kembali hadir. Dan, kali ini, pria itu tidak datang seorang diri, tetapi membawa anak kecil, yang memanggil Akradani dengan sapaan 'Ayah'.
*Almira Wiratama
Seorang gadis yang mempunyai cita-cita menjadi dokter, banting setir menjadi guru bimbingan konseling di SMP Nusantara.
Aku suka dengan karakternya, cara Mira berinteraksi dengan Kakak+Kakak Iparnya, cara dia bertutur dengan murid-muridnya, cara dia berinteraksi dengan anak kecil, sebut saja namanya Rafka, keponakannya, dan cara dia menyikapi masalah yang di hadapinya.
*Akradani Lawardi
Pria tampan yang berprofesi sebagai anggota Polisi Republik Indonesia, berpangkat Brigadir Polisi Kepala dan saat ini bertugas di Badan Narkotika Nasional. Selain tampan, Akradani juga memiliki sifat yang keras kepala, juga pendendam (efek permasalahan yang dihadapinya).
Aku suka cara penulisannya, dimana tokoh-tokohnya saling berinteraksi satu sama lain, contohnya Almira dengan Akradani yang sudah saling mengenal, dan ketika diusia Mira 14 tahun, Mira mulai menyukai Akradani, namun disaat itu Dani hanya menganggapnya sebagai Adik. Lalu pas diusia Mira yang ke 17 tahun, Dani menghilang tanpa kasih kabar apapun ke Mira, meskipun begitu, Mira tetap saja masih mencintai Dani. Pada akhirnya mereka dipertemukan kembali, dan disaat pertama kalinya bertemu, Dani membawa seorang anak gadis yang lucu dan menggemaskan, Kania namanya. Aku sempat kaget, 'waduh, anak siapa ya ini?" tapi, lambat laun, aku tahu siapa Kania sebenarnya. Alhamdulillah, hehehe... Buat yang penasaran Kania itu siapa, silakan dijemput bukunya di toko buku, hehehe..
Aku juga suka dengan konflik serta cara penyelesaiannya. Setiap membacanya selalu saja dibikin senyum-senyum dengan celotehannya Kania, Rafka, lalu dengan interaksi Mira dan Dani sebelum dan setelah menikah, menggemaskan. Kemudian, ditambah dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya, yaitu tentang adat pernikahan Palembang dan Jambi.
Aku disini menemukan beberap typo , diantaranya sebagai berikut:
- Jantungku menjadi Jatungku (hal 73)
- Malam menjadi Mala (hal 167)
- Juga menjadi Jug (hal 197)
Tapi, tidak masalah, aku bacanya enjoy!
Cerita yang bagus, alurnya nggak ribet, mudah dipahami, dan pelajaran yang aku dapat setelah membaca ini, yaitu pentingnya memaafkan masa lalu bagaimanapun kejadian yang dialaminya, sulit memang berdamai dengan masa lalu, tapi percayalah dengan memaafkan dan nggak menyimpan dendam, hidup akan semakin indah, itulah karya dari kak Alnira yang pertama kalinya aku baca.
Rate: 3,9 of 5
O, ya ada beberapa quotes yang ku sukai:
→ Jangan suka berspekulasi sendiri. Kamu itu nggak ada bakat jadi cenayang. (hal 58)
→ Hukum di Indonesia ini harus dibenahi. Jangan tumpang tindih dan harus tegas. Jangan dipakai terus istilah 'hukum runcing kebawah, tumpul keatas'. (hal 61)
→ Kulit ayam sangat tidak sehat. Di dalam kulit ayam banyak sekali tersimpan racun yang bersifat larut dalam lemak dan bisa sangat memengaruhi metabolisme racun dalam hati. (hal 67)
→ Perempuan bukan untuk dipermainkan. Mereka memiliki perasaan yang halus. Jika telanjur sakit, sulit untuk menjadikannya utuh kembali. (hal 114)
→ Kita nggak pernah bisa memilih lahir dari orang tua seperti apa, tapi kita bisa memilih untuk menjadi orang tua seperti apa. (hal 251)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar